Jumat, 24 Januari 2014

Seperti sang Pemimpi


Sudah  pada baca kan tetralogy laskar pelangi, atau kawan-kawan pasti sudah melihat filem nya. Aku sangat suka melihat filem itu, melayu asli wey hehehe. Kalau mau tau seperti apa orang melayu tahun 70 sampai 90an, di filem laskar pelangi dan sang pemimpi boleh kawan-kawan lihat. Aku saja, kalau melihat filem sang pemimpi pasti teringat tahun 90an. Nostalgia filem itu sungguh terasa, lucu ada, sedih ada, cita-cita, harapan dan mimpi begabung jadi satu.
Di filem laskar pelangi ikal sekolah di sekolah yang sangat sederhana, dulu aku juga seperti itu kawan. Sebelum zaman reformasi, pembangunan di daerah agak tertinggal, sekolah aku juga seperti sekolah ikal, terbuat dari kayu, sesudah itu di salah satu kelas dindingnya ada yang berlubang. Guru pun tak ramai tapi aku dan kawan-kawan tetap semangat sekolah.

Di filem sang pemimpi, hampir sama seperti tempat aku. Di filem itu ada ikal dan arai main telpon pakai kaleng dan benang. Aku dulu juga begitu, sampai mengamok mak gara-gara benangnya aku pakai buat main. Beranjak remaja ikal dan arai pindah sekolah ke SMA yang agak jauh dari rumahnya, ditempat aku tahun segitu SMA juga ada satu. Jauh dari rumah, abang aku dulu sekolah pergi pakai bus. Kata mak subuh lagi abang dah siap-siap kalau tak akan terlambat ke sekolah. Tapi sekarang sekolah di tempat aku sudah semakin banyak.

Dulu walau sekaya apa pun orang melayu di tempat aku rumahnya pasti dari kayu, tak rumah batu semen macam sekarang. Kami hidup membaur dengan orang cina, sama lah seperti di filem sang pemimpi. Orang cina di tempat aku kadang-kadang di sebut toke ikan kalau di artikan dalam bahasa inonesia di sebut pengusaha ikan. Selain jadi toke ikan, orang cina di tempat aku jadi pengusaha, mereka buka toko pakaian dan makanan.

Dulu TV susah, di kampong aku Cuma keluarga aku saja yang ada. Jadi zaman dulu kalau ingin melihat TV orang kampong harus beli karcis masuk terlebih dahulu, halaman depan rumah atok aku pun sudah seperti bioskop, ramai orang datang sampai bawa anak istri hehehe. Yang paling menarik, di filem sang pemimpi ada orkes melayu, lewat cara itu pulak arai mendapatkan hati zakiah nurmala pujaan hatinya. Di kampong aku orkes melayu di sebut Dangkung atau Gazal, dulu orang suka sewa jasanya untuk acara pernikahan. Tapi sekarang sudah tak ada lagi orkes melayu, orkes melayu Cuma untuk pertunjukkan penting saja baru lah di mainkan. 

Dan yang paling seratus persen mirip atau sama seperti kampong aku adalah adanya PN TIMAH, sekarang namanya PT. Timah Tbk. Dari zaman aku belum lahir saja PT.Timah sudah ada, hingga sekarang masih bercokol macam gurita. Sudah puas mengeruk hasil timah di darat, sekarang PT.Timah mengeruk pula di laut. Jika ikal punya ayah juara satu seluruh dunia aku juga punya, ayah aku juga mantan karyawan PT. Timah. Tapi ayah aku bukan lah bos atau pegawai tetap di sana, ayah aku hanya pekerja biasa. Selama bertahun-tahun dia kerja sebagai sopir lori PT.Timah, hingga lah PT.Timah tidak beroperasi di darat lagi ayah aku pun di PHK. Sekarang PT.Timah mengeruk di laut kami, aku dan masyarakat kampong menyebutnya kapal hisap timah. Kapal ini besar kata orang, kapal itu di bawak dari korea. Bosnya selain orang melayu ada juga orang korea dan Thailand. 

Gara-gara PT.Timah mengeruk di laut ini lah, laut kami jadi tak bagus lagi, airnya tak jernih malahan banyak lumpur. Kata mak, dulu hasil laut banyak, kalau makan ikan tak usah susah-susah beli, tinggal mintak pun di kasi. Udang dan ketam pun banyak, cari di tepi pantai pun ada. Sekarang tak seperti dulu lagi. Karena kapal keruk dan kapal hisap timah yang berisik, maka ikan pun tak mau menghampiri laut kami lagi.  Ikan dah susah, nelayan pun sudah jarang melaut mencari ikan, banyak yang pindah pekerjaan jadi TKI ke Malaysia. Nelayan di kampong aku tak bisa berbuat apa-apa, walaupun mereka protes tak akan ada yang dengar.  Anggota dewan di tempat aku itu sudah di suap bos timah, korupsi paling kuat, kaum nelayan jadi mangsanya. Betol kata bang zaitun di filem sang pemimpi, orang dewan itu taunya Cuma buat undangan, undang-undang maksudnya hahahahaha. Dah lah begitu undangan yang sudah di buat tak pernah di laksanakan.

Seperti kata ikal “pernah kau berpikir kawan terkadang kekayaan adalah kutukan, itu yang aku sering pikirkan tentang bumi ini, tentang bangsa ini dan tentang kampong halaman ku ini. Semua milik kami tak pernah betul-betul kami nikmati, kami ada di sini menjadi penonton atau hanya jadi kuli, bahkan kesalahan orang yang mengeruk tanah kami pun harus kami yang menanggungnya”.  PT.Timah berkuasa sudah dari dulu, kami masyarakat kampong hanya bisa melihat tanpa mampu berbicara. Betapa tanah kami di ambil secara paksa, sehingga dampak buruknya pun harus kami yang menggambil resiko. 

Walau menonton bermilyaran kali tetralogy laskar pelangi, aku tak pernah bosan. Seperti itu lah jiwa dan semangat anak melayu yang rajin dan sederhana. Hemmm, entah kapan aku bisa melihat secara langsung si pengarang tetralogy laskar pelangi yaitu bang andrea hirata. Aku Cuma mau bilang terima kasih karena telah merekam, menulis hingga memfilemkan filem yang dulu aku dan keluargaku juga pernah alami. Betapa aku rindu masa-masa dahulu.